Sabtu, 29 Oktober 2011

TNI BANGUN LAPANGAN TEMBAK TENTARA KONGO

1 comment
TNI BANGUN LAPANGAN TEMBAK TENTARA KONGO

PUSPEN TNI (19/9),-  Satgas Kompi Zeni TNI Kontingen Garuda XX-H pimpinan Letkol Czi Widiyanto, baru-baru ini selesai membangun lapangan tembak senapan yang akan digunakan sebagai tempat latihan menembak, baik oleh tentara lokal Kongo/FARDC (Forces Armed Republic Demokratic of Congo) maupun oleh tentara internasional PBB yang tergabung dalam misi MONUSCO (Misi Stabilisasi Perdamaian di Republik Demokratik Kongo) yang bertugas di wilayah Dungu, bagian timur Negara tersebut. Pembuatan lapangan tembak senapan tersebut atas permintaan Komandan Komando Operasi wilayah (Ops zone Comd) Rudia FARDC Kolonel  Bruno Mandevu ke MONUSCO mengingat belum tersedianya tempat latihan menembak di wilayahnya. Brigade Ituri/MONUSCO yang membawahi wilayah timur Kongo menugaskan Kontingen Indonesia sebagai satu-satunya kekuatan Zeni di wilayah Dungu untuk menyelesaikan tugas tersebut, termasuk dalam penyusunan SOP-nya (Standard Operational Procedures) sebagai prosedur tetap dalam penggunaannya.            

Di bawah pimpinan Perwira Konstruksi Satgas, Lettu Czi Barata, lapangan tembak sepanjang 150 meter dan lebar 60 meter itu dikerjakan dengan berbagai alat berat engineering seperti grader, dozer, dan excavator yang memang dibawa dari Indonesia sebagai peralatan wajib bagi sebuah kekuatan Zeni. Walaupun banyak kendala yang dihadapi di lapangan seperti hujan dan kondisi tanah yang berlumpur, tapi pekerjaan itu mampu diselesaikan dalam waktu satu bulan, sesuai target yang diberikan oleh Satuan Atas dengan hasil yang memuaskan, termasuk tanggul pengaman setinggi 8 meter dan tebal 15 meter yang mengelilingi lapangan tembak itu.            

Saat ini, Satgas Kompi Zeni Indonesia yang bertugas di Kongo berkekuatan 175 personel memiliki kemampuan yang lengkap sebagai sebuah satuan  Zeni seperti konstruksi, dekstruksi, dan Jihandak (penjinak bahan peledak) untuk melaksanakan tugas pemelihara perdamaian di bawah bendera PBB. Disamping tugas pokoknya merehabilitasi rute jalan di wilayah timur Kongo, Satgas Konga XX-H juga mempunyai tugas-tugas lain seperti perawatan Runway dan Helipad di Dungu serta memberikan bantuan-bantuan tekhnik kepada kekuatan militer dan sipil MONUSCO yang bertugas di wilayah Dungu, termasuk lapangan tembak tersebut.     

Di tempat lain, Konga XX-H juga sudah selesai membuat camp untuk Jordan Special Force yang berkapasitas satu Kompi Pasukan Khusus. Pasukan tersebut akan difungsikan  untuk memperkuat pengamanan Pemilu di wilayah Dungu yang rencananya akan digelar serentak di Kongo pada bulan November yang akan datang. Saat ini Dungu, tempat dimana Konga XX-H berada masih tergolong sebagai red zone (zona merah) yang memerlukan antisipasi pengamanan ekstra menjelang Pemilu.

Senin, 19 September 2011

SEJARAH AKADEMI MILITER DAN AKPOL

0komentar
SEJARAH AKADEMI MILITER DAN AKPOL


Sejarah Akademi Militer (Akmil) bermula dari didirikannya Militaire Academie (MA) Yogyakarta pada tanggal 31 Oktober 1945, atas perintah Kepala Staf Umum Tentara Keamanan Rakyat, Letnan Jenderal TNI Oerip Soemohardjo. Pada tahun 1950, MA Yogyakarta setelah meluluskan dua angkatan, karena alasan tehnis, ditutup untuk sementara dan taruna angkatan ketiga menyelesaikan pendidikannya di KMA Breda, Nederland. Pada kurun waktu yang sama diberbagai tempat lain (Malang, Mojoangung, Salatiga, Tangerang, Palembang, Bukit Tinggi, Brastagi, Prapat) didirikan Sekolah Perwira Darurat untuk memenuhi kebutuhan TNI AD / ABRI pada waktu itu.
Pada tanggal 1 Januari 1951 di Bandung didirikan SPGi AD (Sekolah Perwira Genie Angkatan Darat), dan pada tanggal 23 September 1956 berubah menjadi ATEKAD (Akademi Teknik Angkatan Darat). Sementara itu pula pada tanggal 13 Januari 1951 didirikan pula P3AD (Pusat Pendidikan Perwira Angkatan Darat) di Bandung. Mengingat pada saat itu banyak sekolah perwira TNI AD, maka muncul gagasan dari pimpinan TNI AD untuk mendirikan suatu Akademi Militer, gagasan ini pertama kali dimunculkan pada sidang parlemen oleh Menteri Pertahanan pada tahun 1952. Setelah melalui berbagai proses, maka pada tanggal 11 Nopember 1957 pukul 11.00 Presiden RI Ir Soekarno selaku Panglima Tertinggi Angkatan Perang RI, meresmikan pembukaan kembali Akademi Militer Nasional yang berkedudukan di Magelang. Akademi Militer ini merupakan kelanjutan dari MA Yogyakarta dan taruna masukan tahun 1957 ini dinyatakan sebagai Taruna AMN angkatan ke-4.
Pada tahun 1961 Akademi Militer Nasional Magelang di integrasikan dengan ATEKAD Bandung dengan nama Akademi Militer Nasional dan berkedudukan di Magelang.
Mengingat pada saat itu masing-masing angkatan (AD, AL, AU dan Polri) memiliki Akademi, maka pada tanggal 16 Desember 1965 seluruh Akademi Angkatan (AMN, AAL, AAU dan AAK) diintegrasikan menjadi Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI). Sesuai dengan tuntutan tugas, maka pada tanggal 29 Januari 1967 Akabri di Magelang diresmikan menjadi Akabri Udarat, yang meliputi dua Akabri bagian di bawah satu pimpinan, yaitu Akabri Bagian Umum dan Akabri bagian Darat. Akabri Bagian Umum mendidik taruna TK-I selama satu tahun, termasuk Pendidikan Dasar Keprajuritan Chandradimuka, sedangkan Akabri bagian Darat mendidik taruna Akabri Bagian Darat mulai TK-II sampai dengan TK-IV. Pada tanggal 29 September 1979 Akabri Udarat berubah namanya menjadi Akabri Bagian Darat.
Dalam rangka reorganisasi di lingkungan ABRI, maka pada tanggal 14 Juni 1984 Akabri Bagian Darat berubah namanya menjadi Akmil (Akademi Militer).
Pada tanggal 1 April 1999 secara resmi Polri terpisah dari tiga angkatan lainnya, dan ABRI berubah menjadi TNI. Sejak itu pula Akademi Kepolisian terpisah dari AKABRI. Kemudian AKABRI berubah namanya menjadi Akademi TNI yang terdiri dari AKMIL, AAL, AAU.
Berdasarkan Perpang Nomor :Perpang/ 28/ V/ 2008 tanggal 12 Mei 2008 Pendidikan Dasar Keprajuritan Chandradimuka dan Integratif Akademi TNI pola 12 bulan langsung dibawah Mako Akademi TNI. Kemudian AKMIL menyelenggarakan pendidikan khusus Taruna Angkatan Darat tingkat II, III dan IV.


A. Masa Perang Kemerdekaan ( 1945 - 1950 )
17 Agustus 1945 : Beberapa hari setelah Proklamasi Kemerdekaan RI, para guru/instruktur bangsa Indonesia di Jawa Keisatsu Gakko Sukabumi mengambil alih kekuasaan pendidikan dari penjajah Jepang dan nama Jawea Keisatsu Gakka diganti menjadi Sekolah p[olisi Negara RI di Sukabumi. Karena situasi perjuangan yang meningkat, pendidikan perwira dipindah ke Mertoyudan.
17 Juni 1946 : Berdasarkan Menteri Dalam Negeri No. 12/9/22, diresmikan Kader Kepala Bagian Tinggi ( Pendidikan Komisaris Polisi ) yang kemudian menjadi Akademi Kepolisian dan Pendidikan Kader Kepala Bagian Menengah bertempat di Mertoyudan Kabupaten Magelang.

1 September 1946 : Akademi Polisi pindah dari Mertoyudan ke Jl. Senopati - Jogjakarta.
27 Desember 1959 : Akademi Polisi dipindah ke Jakarta di Jl. Tambak No. 2 ( Skep Perdana Menteri No.47/PM/II/50)

1 September 1950 : Nama Akademi Polisi berubah menjadi Perguruan Tinggi Ilmu Polisi
B. Masa Setelah Perang Kemerdekaan (1950 -1965 )
14 September 1950 : Dengan Skep Menteri Dalam Negeri No: 15/2/I/Pol, dimulai penerimaan mahasiswa angkatan III.
30 Agustus 1954 : Dengan Skep Perdana Menteri No: 87/PM/II/1954, merubah sistem pendidikan dari bagian persiapan dan bagian keahlian ( masing-masing 2 tahun) diubah menjadi Bacaloreat dan Doktoral (masing-masing 3 tahun). Dengan SK tersebut dari tahun 1956 s/d 1958 PTIK tidak menerima mahasiswa baru.
1 Agustus 1958 :
Diadakan penerimaan mahasiswa PTIK angkatan VIII dari daerah-daerah
C. Masa Integrasi Akademi Angkatan
10 Juli 1959 : Dengan Skep Presiden No. : 253/1959, Kepolisian Negara RI berubah menjadi Angkatan Kepolisian RI, dengan demikian Sekolah Polisis Negara di Sukabumi yang merupakan penyatuan dari Sekolah Inspektur Polisi di Bukit Tinggi dan Jogjakarta berubah menjadi Sekolah Angkatan Kepolisian.
1 Oktober 1965 : Sekolah Angkatan Kepolisian RI berubah menjadi Akademi Angkatan Kepolisian (AAK), diresmikan oleh Men Pangak Irjen. Pol Soetjipto Judodiharjo, dengan Skep Menhankam Pangab No.:468/5/B/65/M , pada tanggal 1 Oktober ini kemudian diperingati sebagai hari jadi Akademi Kepolisian. Pataka AAK berfalsafah Atmaniwedana Aryawirya Kretakarma diserahterimakan. Untuk selanjutnya AAK berubah statsu menjadi bagiann Bacaloreat PTIK.
16 Desember 1966 : AAK diubah menjadi AKABRI bagian Kepolisian.
29 Januari 1967 : Dibuka AKABRI bagian umum di Magelang dengan Taruna berasal dari pengiriman dari masing-masing angkatan dan Polri, Setelah menyelesaikan pendidkan selama 1 tahun di Magelang, Taruna AKABRI bagian Kepolisian dikirim ke Sukabumi untuk mengikuti oendidikan matra Kepolisian selama 3 tahun.
1 Juli 1980 : Komplek AKABRI bagian Kepolisian di Semarang diresmikan penggunaannya oleh Kapolri Jendral PO. Drs. Awaloeddin Djamin MPA.
28 Januari 1985 :
Dengan Skep Kapolri No. POL Skep/36/I/1985 tanggal 24 Januari 1985 AKABRI Kepolisian berubah menjadi Akademi Kepolisian setelah AKABRI bagian dialihkan kembali kepada angkatan masing-masing, dan ditetapkan pula Pataka Akpol dengan tambahan pita diatas lambang bertuliskan Akademi Kepolisian, sasanti dibawah gambar lambang menjadi bertuliskan Atmaniwedana Kretakrama Aryawirya, gambar dibalik lambang semula lambang Akabri " Bhineka eka Bhakti " menjadi lambang Polri "Tribrata"

D. Akademi Kepolisian Mandiri

10 April 1999 : Berdasarkan TAP MPR No. X/MPR/1998 tentang Pokok-Pokok Reformasi Pembangunan diinstruksikan kepada Presiden untuk melaksanakan agenda reformasi dibidang hukum dalam bentuk pemisahan tugas, fungsi dan wewenang aparatur penegak hukum. Atas dasar itu, keluarlah Instruksi Presiden No.2 tahun 99 sebagai langkah kebijaksanaan dalam rangka pemisahan Polri dari ABRI ( ditetapkan tanggal 8 Maret 1999), ditindaklanjuti dengan keputusan Menhankam Pangab No.: Kep/05/P/III/1999 tanggal 1 April 1999 tentang pelimpahan wewenang pembinaan Polri dari Pangab ke Menhankam sebagai tindak lanjut, keluarlah Skep Kapolri No.Pol : Skep/389/IV/1999 tanggal 9 April 1999 tentang Akademi Kepolisian Mandiri, maka sejak 10 April 1999 Akpol dinyatakan terpisah dari AKMIL, AAL, AAU serta teknis administrasi juga lepas dari Mako Akademi TNI.

24 April 2003 : Sejalan dengan Pencanangan Akademi Kepolisisan sebagai Etalase Pendidikan Polri oleh Bapak Kapolri Jenderal polisis Da'i Bachtiar, pada tanggal 24 Oktober 2003 bersamaan dengan acara Defile Senja yang pertama kali dilakukan untuk menandai selesainya Pendidikan Bhayangkara, diresmikan pula Penggunaan Logo Akademi Kepolisian yang baru dengan mengganti kata-kata "Atmaniwedana - Kretakarma - Aryawirya" dengan kata-kata "Dharma - Bijaksana - Ksatria" dan pita bertuliskan "Akademi Kepolisian" yang semula terpisah di bagian atas disatukan menjadi satu kesatuan yang utuh dalam perisai Tri-Brata. Bersamaan dengan itu, tampilan Akademi Kepolisian telah berubah pula secara demikian signifikan memasuki paradigma baru tampilan Akademi Kepolisian sebagai Etalas Pendiikan Polri telah berhasil merubah Akademi Kepolisian pada semua sisi, sehingga bisa menampilkan Akademi Kepolisian yang lebih mendekati kaeinginan masyarakat yaitu mencetak Perwira-Perwira Polri yang mampu melayani dan melindungi masyarakat.



 

PENUTUPAN PENDIDIKAN SUSPA LAMBANGJA DAN SUSKESLAP PASKHASAU

0komentar
PENUTUPAN PENDIDIKAN SUSPA LAMBANGJA DAN SUSKESLAP PASKHASAU

WINGDIKUM (19/9),- Pendidikan Suspa Lambangja Dan Suskeslap Paskhasau tersebut ditutup oleh Komandan Wing Pendidikan Umum (Wingdikum) Kolonel Nav Toto Boedihadjo, S.H, Senin (19/9), dengan upacara militer bertempat di gedung serba guna Skadik 504, Halim, Jakarta. Acara ditandai dengan penanggalan tanda siswa, penyerahan ijazah dan pemberian penghargaan oleh Danwingdikum kepada  Kapten Pnb Luluk Teguh siswa lulusan terbaik Suspa Lambangja dan kepada Serda Bambang Sucipto siswa terbaik Suskeslap Paskhas. Acara dihadiri para undangan dari Dislambangjaau, Disdikau, Diskesau, Kodikau, Lanud Halim P, Paskhasau,  Danskadik 504 Mayor Kes Ners Syahrir, para Perwira Staf serta para undangan lainnya.

Kapten Pnb Luluk Teguh, Perwira dari Skadron Udara 15 Lanud Iswahyudi, Madiun, akhirnya dinyatakan sebagai siswa lulusan terbaik dalam mengikuti pendidikan Suspa Lambangja (Kursus Perwira Keselamatan Terbang dan Kerja) Angkatan ke-31. Sedangkan siswa lulusan terbaik Suskeslap (Kursus Kesehatan Lapangan) Paskhas Angkatan ke-11 diraih oleh Serda Bambang Sucipto anggota dari Batalyon 464 Paskhasau Malang. Prestasi tersebut diraih berkat dari ketekunan, kerja keras, dan motivasi belajar yang tinggi serta disiplin dari yang bersangkutan selama mengikuti pendidikan.

Danwingdikum Kolonel Nav Toto Boedihardjo, S.H dalam sambutannya mengatakan, keselamatan penerbangan dan kerja bagi TNI AU merupakan pembinaan kemampuan tempur atau  combatreadiness

Pendidikan Suspa Lambangja Angkatan ke-31 diikuti oleh 20 orang Perwira, pendidikannya dilaksanakan di Skadik 502. Sedangkan Suskeslap Paskhas Angkatan ke-11 diikuti oleh 25 orang Bintara/ Tamtama, pendidikannya dilaksanakan di Skadik 504. Kedua pendidikan ini berlangsung selama dua bulan atau delapan minggu. Pada saat latihan praktis para  Perwira Siswa Lambangja mengadakan kunjungan ke KNKT dan maskapai penerbanan Garuda Indonesia. Sedangkan Suskeslap Paskhas melaksanakan Lattis dan praktek lapangan di Rumah Sakit Pusat Angkatan Udara dr. Esnawan Antariksa, Halim Perdanakusuma.

LATIHAN DEFILE USAI UPACARA 17-AN DI LANUD ABD SALEH

0komentar
LATIHAN DEFILE USAI UPACARA 17-AN DI LANUD ABD SALEH

               LANUD ABD SALEH (19/9),- Kegiatan upacara 17-an dilaksanakan setiap bulan di Lanud Abd Saleh dan diakhiri dengan latihan defile sebagai acara tambahan. Upacara ini diikuti oleh seluruh anggota Lanud dan Insub (Depohar 30, GPP 5 dan Sesa) dan latihan defile ini diawasi langsung oleh Komandan Lanud Abd Saleh Marsma TNI A. Dwi Putranto selaku Inspektur Upacara, Senin (19/9).

             Sementara itu, dalam sambutan Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono, S.E, menekankan agar lebih mewaspadai gerakan terorisme yang banyak terjadi baik di dalam maupun di luar negeri. Untuk itu Beliau menekankan perlunya sinergi yang kuat dari seluruh komponen Bangsa, baik unsur TNI-Polri, maupun komponen masyarakat lainnya, dalam implementasi pemberantasan terorisme ini.


UPACARA PENUTUPAN PENDIDIKAN SECATA PK TNI AD GELOMBANG I TAHAP I TA. 2011

0komentar
UPACARA PENUTUPAN PENDIDIKAN SECATA PK TNI AD GELOMBANG I TAHAP I TA. 2011 


KODAM II/SWJ (19/9),- Panglima Kodam II/Swj Mayjen TNI S. Widjonarko yang diwakili Kasdam II/Swj Brigjen TNI Harry Purdianto, S.IP., M.Sc., bertindak selaku Irup pada upacara penutupan pendidikan Secata PK Gelombang I Tahap I TA. 2011, bertempat di lapangan Mako Rindam II/Swj Lahat, Sabtu (17/9).

Pangdam II/Swj dalam amanatnya yang dibacakan oleh Kasdam II/Swj mengatakan, pendidikan  yang baru selesai dijalani ini, merupakan pendidikan pembentukan dalam rangka memberikan bekal awal kepada setiap prajurit, sehingga masih diperlukan pendidikan lanjutan untuk peningkatan kemampuan agar nantinya menjadi seorang prajurit yang handal dan  profesional. Oleh karena itu, saudara harus tetap memelihara kesehatan baik fisik maupun mental, karena tantangan tugas masih panjang. Tingkatkan dan kembangkan ilmu pengetahuan khususnya ilmu pengetahuan tentang kemiliteran yang telah diterima dari para Gumil, Pelatih, dan Pembina. Kembangkan semua potensi yang dimiliki dengan belajar dan berlatih serta rajin bertanya kepada sesama teman dan kepada atasan, sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan   guna   meningkatkan   kualitas diri sebagai prajurit yang tanggap, tanggon dan trengginas.

Hadir pada upacara tersebut, Bupati Lahat beserta Forum Komunikasi Pimpinan Daerah, Danrindam II/Swj, para Asisten Kasdam II/Swj, para Dan/Kabalakdam II/Swj, Dandodikjur Rindam II/Swj, para Kadep, para Kabag, para Gumil, dan Pelatih Rindam II/Swj serta para Ibu-ibu Persit Kartika Chandra Kirana.


 

SOLDIER Blogger Templates Designed by productive dreams | Free Wordpress Templates. presents HD TV Watch Futurama Online. Featured on Singapore Wedding Cakes. © 2011